BAHAN BAKU
Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia,
tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan
liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain,
atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman
hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia.
Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi
simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan
oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat
Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan
untuk menanam tumbuhan obat.
DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA
a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat,
tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan
dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan
senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan
perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan
yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak
berkelanjutan keearah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati,
penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada
prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan
persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat
dan lain-lain.
Setelah kita telah mengetahui dan memahami betul tentang simplisia yang akan kita buat serta dasar apa yang harus kita terapkan dalam pembuatan simplisia tersebut, barulah kita dapat melakukan tahap pembuatan simplisia seperti yang akan saya uraikan berikut ini. Cusss~
TAHAP PEMBUATAN
Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
A. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang digunakan.
2. Umur tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di
dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu
panen yang tepat pada saat bagian tanaman
tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.
Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian
tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh
pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid
hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar. Dalam
tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada
batang yang masih hijau. Pada tahun kedua batang
mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun
sedang pada daun kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina
tertinggi dicapai I dalam pucuk tanaman pada saat tanai
an berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat
tanaman berbualz dan niakin turun ketika buah
makin tua. Contoh lain, tanaman Menthapiperita
muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya.
Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun
tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat
akan berbunga. Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul
dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan
bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu
pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian.
Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan
umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari.
Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik
dipanen pada pagi hari. Dengan demikian
untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu
dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa
aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut :
1. Tanaman yang pada saat panen diambil
bijinya yang telah tua seperti kedawung (Parkia rosbbrgii),
pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya
buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering
benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan
biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya,
waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat
kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada
buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus
indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia)
perubahan bentuk buah, misalnya mentimun
(Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
3. Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya
pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami
perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada
saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi
tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik.
Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing
(Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman yang pada saat panen diambil
daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih yang telah
membuka sempurna dan terletak di bagian cabang
atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun
tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang
sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera).
5. Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang,
pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah
cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan,
sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan
antara lain menjelang musim kemarau.
6. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi
lapis, pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai
besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas
tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya,
pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya
bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar
maksimum. Panen dapat dilakukan dengan tangan,
menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini
keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar,
tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak
merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan
untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang
terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila
diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia
seperti fenol, glikosida dan sebagainya.
B. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran
atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti
tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang
telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah
yang tinggi, oleh karena itu pembersihan
simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
C. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan
dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau
air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah
larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut
Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali
dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan
pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang
tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal.
Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba
karena air pencucian yang digunakan biasanya
mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian
sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya
jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat
bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba.
Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacillus, Streptococcus, Enterobacter
dan Escherishia. Pada simplisia akar,
batang atau buah dapat pula dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal
karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat
pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang
telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian
jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
D. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia
perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia
dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan
utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan
dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus
sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin
cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan.
Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga
dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi
bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan
simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe,
kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.
Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam
pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari
selama satu hari.
E. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih
lama. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari
atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan
simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses
pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga
diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama
penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya
"Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan
bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan
simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh
suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih
cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan
bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face
hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn
bahan yang dikeringkan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini
dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu,
kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang
relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di
Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan
cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka
di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu,
kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat
tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di
daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun
hujan.
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan
sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung
senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan
pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan
buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan
buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas
seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan
dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan
dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip
ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah
dengan hasil yang cukup baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat
diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan
lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi
oleh keadaan cuaca.
G. PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN
Sirnplisia dapat rusak, mundur atau
berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat
menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,
polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat
mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi
dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang
semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan
sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia
yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh
enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari
simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan
sebagian airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya
agar-agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap
lengas udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair.
6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan
oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan,
bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung
goni).
7. Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan
dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh
bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi
juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman
benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi,
maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya
terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia
zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin
yang dapat mengganggu kesehatan.
Itulah tahapan-tahapan yang harus kita kerjakan saat membuat simplisia. Bagaimana? Mudah kan? Selamat Mencoba dan Semoga Berhasil!!!^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar