Halo!!

Minggu, 15 Januari 2017

Bagaimana Cara Membuat Simplisia???

   Sebelum membuat Simplisia, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan yaitu:

BAHAN BAKU

Tanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.

DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

a.   Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.

b.   Simplisia dibuat dengan fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan keearah yang tidak diinginkan.

c.    Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d.   Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air.
Pati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain. 

  Setelah kita telah mengetahui dan memahami betul tentang simplisia yang akan kita buat serta dasar apa yang harus kita terapkan dalam pembuatan simplisia tersebut, barulah kita dapat melakukan tahap pembuatan simplisia seperti yang akan saya uraikan berikut ini. Cusss~

TAHAP PEMBUATAN

Pada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
A.    Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
1.   Bagian tanaman yang digunakan.
2.   Umur tanaman yang digunakan.
3.   Waktu panen.
4.   Lingkungan tempat tumbuh.
Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam  bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu  panen  yang  tepat  pada saat  bagian  tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah  yang terbesar.
Senyawa  aktif terbentuk  secara maksimal di dalam bagian  tanaman  atau  tanaman  pada umur tertentu. Sebagai contoh pada  tanaman  Atropa belladonna,  alkaloid  hiosiamina  mula-mula  terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun  pertama,  pembentukan  hiosiamina berpindah pada  batang yang  masih  hijau. Pada  tahun  kedua batang  mulai  berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina makin  meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I  dalam  pucuk  tanaman pada saat tanai  an berbunga dan kadar alkaloid  menurun  pada saat  tanaman  berbualz  dan  niakin turun  ketika buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman Menthapiperita  muda  mengandung  mentol  banyak  dalanl daunnya. Kadar  rninyak  atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun tanaman ini  dicapai  pada  saat  tanaman  tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman  yang  telah  tua. Penentuan  bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan  waktu  pengumpulan  secara  tepat  memerlukan  penelitian.  Di  samping waktu  panen  yang dikaitkan  dengan  umur,  perlu diperhatikan  pula  saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia  yang mengandung minyak atsiri  lebih  baik dipanen  pada  pagi  hari. Dengan  demikian  untuk  menentukan  waktu  panen  dalam  sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa  aktif  dalam  simplisia  terhadap panas sinar matahari.
Secara garis besar, pedoman  panen  sebagai  berikut  :
1. Tanaman  yang  pada  saat  panen  diambil  bijinya  yang telah tua  seperti  kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan  biji ditandai  dengan  telah mengeringnya  buah.  Sering pula  pemetikan  dilakukan sebelum kering benar,  yaitu  sebelum buah pecah  secara  alami dan  biji  terlempar jauh,  misal jarak  (Ricinus cornrnunis).
2. Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  buahnya, waktu pengambilan  sering dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan, yang ditandai dengan  terjadinya perubahan  pada  buah seperti perubahan  tingkat  kekerasan misal labu merah (Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan warna, misalnya  asam  (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi),  jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia)  perubahan  bentuk  buah,  misalnya  mentimun  (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia).
3. Tanaman  yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan  dilakukan pada  saat  tanaman  mengalami  perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif  ke  generatif. Pada saat itu penumpukan  senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi,  sehingga  mempunyai mutu  yang  terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil  daun pucuk  ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
4. Tanaman  yang  pada saat  panen  diambil  daun  yang telah tua, daun  yang diambil dipilih yang  telah membuka  sempurna  dan  terletak di bagian  cabang atau  batang yang menerima  sinar matahari sempurna. Pada  daun tersebut  terjadi  kegiatan  asimilasi  yang  sempurna. Contoh  panenan  ini misal  sembung  (Blumea balsamifera).
5. Tanaman  yang pada  saat panen diambil kulit batang, pengambilan  dilakukan  pada saat  tanaman  telah  cukup umur. Agar  pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim  yang menguntungkan pertumbuhan antara  lain menjelang musim kemarau.
6. Tanaman  yang pada saat  panen  diambil  umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan  pada saat umbi mencapai  besar maksimum  dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa).
7. Tanaman yang pada  saat  panen  diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar maksimum. Panen  dapat  dilakukan dengan  tangan,  menggunakan alat atau menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini keterampilan  pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur  dengan  bagian  lain  dan  tidak merusak  tanaman  induk. Alat  atau mesin  yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang  terbuat  dari logam sebaiknya tidak digunakan  bila  diperkirakan  akan merusak  senyawa aktif  siniplisia  seperti fenol, glikosida  dan sebagainya.

B.  SORTASI BASAH
Sortasi basah  dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan  asing  lainnya dari bahan  simplisia. Misalnya  pada  simplisia  yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman obat,  bahan-bahan  asing  seperti  tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun, akar  yang telah  rusak, serta pengotoran  lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung  bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah  yang  tinggi,  oleh  karena  itu  pembersihan simplisia  dari  tanah  yang  terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba awal.

C. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan  untuk  menghilangkan  tanah dan  pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian  dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur  atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang mengandung  zat yang mudah  larut  di  dalam  air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam  waktu  yang  sesingkat  mungkin.  Menurut Frazier  (1978),  pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat menghilangkan  25% dari jumlah mikroba awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak  tiga  kali, jumlah mikroba yang  tertinggal hanya  42% dari jumlah  mikroba  awal.  Pencucian tidak dapat membersihkan  simplisia  dari semua mikroba karena  air  pencucian  yang  digunakan biasanya  mengandung juga  sejumlah mikroba. Cara  sortasi dan pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba  awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan  untuk  pencucian  kotor,  maka jumlah mikroba  pada permukaan  bahan  simplisia  dapat bertambah dan air yang terdapat  pada  permukaan bahan  tersebut  dapat  menipercepat pertumbuhan  mikroba.  Bakteri yang  umuln  terdapat  dalam air  adalah  PseudomonasProteus,MicrococcusBacillus, StreptococcusEnterobacter  dan  Escherishia.  Pada  simplisia akar,  batang  atau  buah  dapat  pula dilakukan  pengupasan  kulit  luarnya untuk mengurangi  jumlah mikroba awal karena  sebagian  besar jumlah  mikroba  biasanya  terdapat  pada  permukaan  bahan  simplisia.  Bahan  yang telah  dikupas  tersebut mungkin tidak memerlukan  pencucian jika  cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.

D.      PERAJANGAN
     Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan. Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses  pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil  jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1  hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang  khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang  dikehendaki.
     Semakin  tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air,  sehingga  mempercepat waktu  pengeringan. Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis juga  dapat menyebabkan berkurangnya  atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi  komposisi bau  dan rasa yang diinginkan. Oleh  karena  itu bahan  simplisia  seperti  temulawak,  temu  giring, jahe,  kencur dan  bahan  sejenis  lainnya dihindari perajangan yang terlalu  tipis  untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan  seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran  sebelum  perajangan  diperlukan  untuk mengurangi pewarnaan  akibat  reaksi  antara bahan dan logam pisau. Pengeringan  dilakukan  dengan sinar  matahari  selama  satu hari.

E.       PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah  rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang  lebih lama. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau  menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak  dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.

1.    Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
a.    Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji  dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara  membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara  terbuka di atas  tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah  yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan.
b.   Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman  yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2.    Pengeringan Buatan
     Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut:  “udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel  atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.
     Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan  mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu  pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. 

G.      PENYIMPANAN DAN PENGEPAKAN
       Sirnplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain :
1. Cahaya : Sinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan  perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi  oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk  simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya.
3. Reaksi kimia intern : perubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat  disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim,  polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi : Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka  simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian  airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut).
5. Penyerapan air : Simplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila  disimpan dalam wadah yang terbuka akan  menyerap lengas  udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair.
6. Pengotoran : Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai  sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni).
7.  Serangga : Serangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia  dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak  susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari  kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.


  Itulah tahapan-tahapan yang harus kita kerjakan saat membuat simplisia. Bagaimana? Mudah kan? Selamat Mencoba dan Semoga Berhasil!!!^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar